Blokagung, Banyuwangi – Minggu, 22 September 2024, Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Tadris Bahasa Indonesia (TBIN) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA) menggelar acara bincang budaya di aula Kampus 2 UIMSYA. Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan siswa Sekolah Menengah Atas (SLTA) dan bertujuan untuk mengenalkan pentingnya pelestarian budaya, terutama dalam konteks lingkungan pendidikan berbasis pesantren.
Acara dibuka dengan sambutan dari Dr. Siti Aimah, S.Pd.I., M.Si, Dekan FTK UIMSYA. Dalam sambutannya, Dr. Siti Aimah menyampaikan ucapan terima kasih kepada para narasumber yang telah berkenan hadir. Ia juga mengenalkan UIMSYA sebagai perguruan tinggi yang berakar pada tradisi pesantren. “Sebagai mahasiswa, kita harus mampu menjaga dan melestarikan budaya dari pesantren yang telah menjadi identitas kita,” tegasnya.
Setelah sambutan dari Dekan FTK, acara dilanjutkan dengan sambutan sekaligus pembukaan resmi oleh Rektor UIMSYA, Dr. KH. Ahmad Munib, Lc., M.E.I. Dalam sambutannya, beliau menekankan pentingnya menghargai akulturasi budaya yang terjadi di masyarakat. “Budaya bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga cara kita berinteraksi dengan dunia. Contohnya Penggunaan sarung sebagai simbol eksistensi kita di UIMSYA adalah salah satu contoh konkret,” ungkapnya.
Narasumber utama pada acara bincang budaya ini adalah Slamet Ari Wibowo Notodiharjo, seorang pegiat puisi asal Banyuwangi. Slamet membawakan materi tentang pentingnya sastra dalam pelestarian budaya. Ia menjelaskan bagaimana puisi dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai budaya dan tradisi yang ada di sekitar kita. “Sastra adalah cermin budaya; lewat puisi, kita bisa mendalami identitas dan makna yang terkandung dalam setiap tradisi,” jelasnya dengan penuh semangat.
Kegiatan ini tidak hanya berhenti pada penyampaian materi. Para peserta, yang terdiri dari siswa SLTA, juga diajak untuk berinteraksi langsung. Diskusi interaktif berlangsung hangat, di mana peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan berbagi pengalaman terkait budaya masing-masing. Hal ini menciptakan suasana yang akrab dan memperkuat rasa kebersamaan di antara para generasi muda.
Salah satu siswa, Nayla, mengungkapkan ketertarikan yang mendalam terhadap tema yang diangkat. “Saya baru menyadari betapa pentingnya budaya dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini membuat saya lebih menghargai warisan yang ada di sekitar saya,” ujarnya. Reaksi positif dari peserta menjadi indikator suksesnya acara ini dalam mencapai tujuannya.
Tak hanya diskusi, acara juga diwarnai dengan penampilan seni, seperti pembacaan puisi oleh para peserta. Suara merdu dan penghayatan mendalam dalam setiap bait puisi berhasil menghipnotis seluruh peserta. Ini menjadi momen yang sangat berkesan, di mana seni dan budaya berpadu harmonis, menciptakan pengalaman yang tak terlupakan bagi semua yang hadir.
Kegiatan bincang budaya ini diharapkan tidak hanya menjadi agenda tahunan, tetapi juga mendorong mahasiswa dan pelajar untuk terus aktif menulis dalam melestarikan budaya. UIMSYA, sebagai Perguruan Tinggi berbasis pesantren, berkomitmen untuk menjadi garda terdepan dalam pelestarian budaya, sehingga identitas bangsa dapat terus hidup dan berkembang dalam setiap generasi. Melalui acara seperti ini, diharapkan kesadaran akan pentingnya budaya semakin mengakar dalam diri para mahasiswa dan pelajar.
Dengan semangat kebersamaan dan cinta terhadap budaya, diharapkan kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menghargai dan melestarikan warisan budaya yang ada. Sebagai penutup, semoga kegiatan bincang budaya ini menjadi langkah awal bagi terjalinnya kolaborasi antara mahasiswa dan pelajar dalam menciptakan ekosistem budaya yang lebih kuat di Banyuwangi dan sekitarnya.(zul)