UIMSYA Tegaskan Kiprah Global melalui Partisipasi dalam AICIS+ 2025

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp

DEPOK – Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA), sebuah perguruan tinggi yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi, terus meneguhkan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi Islam yang berkomitmen pada pengembangan ilmu pengetahuan berbasis nilai keislaman, kemanusiaan, dan keberlanjutan lingkungan. Komitmen tersebut kembali dibuktikan melalui partisipasi aktif UIMSYA dalam forum ilmiah internasional bergengsi, Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) 2025, yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok (29–31/10/2025).

AICIS+ 2025 mencetak sejarah baru dengan menerima 2.434 abstrak dari 31 negara, menjadikannya sebagai salah satu konferensi akademik terbesar dalam dunia Islam dan menjadi barometer reputasi intelektual Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di tingkat global. Dari ribuan karya yang masuk, tema Ecotheology and Environmental Sustainability menjadi yang paling diminati, dengan total 777 abstrak, menandai meningkatnya kesadaran akademik terhadap isu perubahan iklim, ekologi, dan spiritualitas lingkungan dalam konteks Islam.

Dalam forum prestisius ini, Ahmad Ainun Najib, M.Ag, selaku Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIMSYA Blokagung, terpilih mewakili kampus untuk mempresentasikan hasil penelitiannya yang berjudul “Integrating Islamic Economics and Ecotheology: Developing a Sustainable Economic Empowerment Model for Rural Women.” Artikel ini diterima dan dipresentasikan dalam tema Ecotheology and Environmental Sustainability tema dengan jumlah peserta terbanyak dan tingkat seleksi paling kompetitif di antara seluruh klaster AICIS+ 2025.

Ahmad Ainun Najib, M.Ag Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UIMSYA Blokagung (29/10/2025)

Dalam paparannya, Najib menjelaskan bahwa gagasan integratif antara ekonomi Islam dan ekoteologi lahir dari kesadaran bahwa kesejahteraan manusia dan kelestarian alam tidak dapat dipisahkan dari nilai-nilai tauhid dan amanah kekhalifahan.

“Islam mengajarkan keseimbangan antara iman, ekonomi, dan alam. Melalui pendekatan ekoteologis, perempuan pedesaan dapat diberdayakan untuk menjadi agen keberlanjutan bukan hanya sebagai pelaku ekonomi, tetapi juga penjaga harmoni bumi,” ungkap Najib.

Ia menambahkan bahwa penelitian ini juga berangkat dari pengalaman dalam membangun basis riset sosial-keagamaan di wilayah pedesaan Banyuwangi, di mana spiritualitas pesantren dipadukan dengan semangat pemberdayaan ekonomi berkeadilan. Pendekatan ini menjadi model kontribusi nyata dari kampus berbasis pesantren untuk menjawab tantangan global seperti ketimpangan ekonomi, degradasi lingkungan, dan krisis moralitas sosial.

Keikutsertaan UIMSYA dalam AICIS+ 2025 menegaskan bahwa perguruan tinggi Islam di daerah, terutama yang tumbuh dari kultur pesantren, memiliki potensi besar untuk memberikan kontribusi akademik pada level internasional. Melalui LPPM, UIMSYA terus mendorong riset kolaboratif serta memperkuat tradisi publikasi ilmiah. Forum ini sekaligus menjadi momentum bagi UIMSYA untuk memperluas jaringan keilmuan dengan para akademisi dari berbagai universitas dunia, serta mengembangkan riset yang berakar pada nilai keislaman dan berorientasi pada kemaslahatan semesta.

Partisipasi UIMSYA di AICIS+ 2025 bukan hanya bentuk kebanggaan institusional, tetapi juga penegasan identitas kampus sebagai universitas pesantren yang unggul dan kompetitif yang menjembatani iman, ilmu, dan amal dalam satu nafas akademik.
Melalui langkah ini, UIMSYA memperlihatkan bahwa tradisi keilmuan pesantren tidak hanya relevan dengan konteks lokal, tetapi juga mampu berkontribusi terhadap diskursus Islam global yang berkeadilan, ekologis, dan berkelanjutan.