Jember – Dunia pendidikan di UIN KHAS Jember dibuat semarak dengan kehadiran Direktur Pasca Sarjana Universitas KH. Mukhtar Syafaat (UIMSYA) Blokagung Banyuwangi, Dr. Siti Aimah, S.Pd.I., M.Si. membangkitkan pemahaman lama tentang interaksi guru-siswa. Pada Senin, (27/10/2025), di Aula Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) UIN KHAS Jember dipenuhi aura optimisme dan antusiasme tinggi. Kehadiranya dalam Kuliah Tamu Program Studi S1 Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) ini bukan sekadar mengajar, melainkan “melantik” para calon guru untuk menjadi agen perubahan di kelas dengan sebuah konsep revolusioner: “Merancang Protokol Kelas Zero Judgement: Implementasi Nilai Husnuzan Dalam Interaksi Guru-Siswa.”

Acara bergengsi ini digagas dan dipanitiai secara apik oleh Himpunan Mahasiswa Progran Studi PGMI UIN KHAS Jember, menunjukkan inisiatif dan kepedulian mahasiswa terhadap isu-isu pendidikan mutakhir. Tepat pukul 13.00 WIB, suasana serius namun santai menyelimuti aula. Koordinator Prodi PGMI didapuk untuk membuka acara secara resmi. Dalam sambutannya, Dr. Imrom Fauzi, M.Pd. menyambut hangat kolaborasi akademik lintas perguruan tinggi ini dan menekankan pentingnya nilai-nilai spiritualitas, khususnya husnuzan (berprasangka baik), sebagai fondasi utama dalam mendidik anak di era modern.
Selama dua jam penuh, hingga pukul 15.00 WIB, Direktur Pasca Sarjana Uimsya tersebut membedah tuntas bagaimana menciptakan sebuah “Kelas Zero Judgement”, sebuah ruang aman di mana setiap siswa merasa dihargai tanpa takut dihakimi. Kuncinya, menurut beliau, adalah mengimplementasikan nilai husnuzan secara total dalam setiap interaksi guru-siswa. Ini bukan sekadar teori etika, melainkan sebuah protokol praktis yang menuntut guru untuk selalu mencari sisi positif, memahami latar belakang siswa, dan menghindari cap negatif yang bisa merusak mental. Konsep ini langsung disambut gemuruh antusiasme dari mahasiswa PGMI yang hadir.

Antusiasme peserta tak terbendung; ruangan dipenuhi tangan-tangan yang diacungkan, memburu kesempatan untuk bertanya. Diskusi menjadi sangat mendalam dan kritis, melampaui batas teoretis. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan menunjukkan tingkat kedewasaan berpikir para calon pendidik, seperti: “Bagaimana cara mempertahankan husnuzan di kelas, terutama ketika guru sendiri tidak memberikan teladan yang baik?” dan “Benarkah husnuzan bisa menjadi investasi akhirat bagi seorang guru?” Selain itu, sesi sharing pengalaman implementasi husnuzan di berbagai level pendidikan juga memperkaya diskusi, menjadikan kuliah tamu ini jauh dari kesan monoton.
Kuliah tamu ini ditutup dengan kesimpulan kuat: “Kelas Zero Judgement” adalah keniscayaan di masa depan, dan husnuzan adalah mata uang spiritual yang paling berharga bagi guru. Kolaborasi antara Uimsya Blokagung dan UIN KHAS Jember ini tidak hanya mempererat tali silaturahmi akademik, tetapi juga menanamkan benih revolusi mental dan etika profesional bagi calon guru madrasah. Dampaknya diharapkan akan meluas, menciptakan generasi guru PGMI yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kaya raya secara spiritual, dan mampu membentuk karakter siswa dengan kasih sayang dan prasangka baik.


